1.
Pendahuluan
Protein polyglutamine
adalah produk dari kesalahan genetik dimana terjadi ekspansi (lebih dari 40
kali) pengulangan gugus CAG pada DNA, dan penyakit yang disebabkan karena
kesalahan genetic ini disebut polyQ disease / polyglutamine disease. Tubuh
sebenarnya memiliki pertahanan supaya polyglutamine tidak berlebihan dalam
proses post translasinya, namun pada perjalanannya,gen-gen yang menyandi proses
pertahanan ini mengalami mutasi sehingga timbul manifestasi polyQ disease yang
bersifat neurotoksik.PolyQ memperbanyak jumlahnya dengan melalui proses
oligomerisasi. Penyakit polyQ sendiri, manifestasinya adalah kelainan saraf
degenerative yang berbahaya bagi manusia, beberapa polyQ disease yang telah
diidentifikasi antaralain Huntington’s disease, spinocerebellar ataxia (SCA)
type 1,2, 3, 6, 7, and 17, dentatorubral pallidoluysian atrophy, dan
spinobulbar muscular atrophy ( SBMA) (1).
PolyQ disease adalah
penyakit genetic yang diturunkan secara autosomal dominan, kecuali pada
penyakit SBMA. Disebutkan diatas bahwa sekuens pengulangan CAG diatas 40, namun
ada beberapa penelitian yang mengungkapkan jumlah antara 35-40, dan panjang
pengulangan yang terjadi berhubungan dengan usia onset penyakit dan derajat
keparanhannya. Melihat fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian
pengulangan CAG/ polyQ adalah kondisi pathogen, dan tidak berhubungan dengan
protein yang normal (2).
Agregasi dari PolyQ
protein adalah inti dari kesalahan modifikasi posttranslasi yang akan
berpengaruh pada jalur-jalur selanjutnya seperti gangguan pada protein folding
dan transkripsi gen, serta pemecahan oleh protesase didalam sel kemudian
terjadi pembentukan oligomere dan amyloid fibril aggregate sehingga mereka menumpuk
sebagai inclusion boddies didalam neuron yang bersifat neurodegenerative.
Protein-protein lain yang berperan didaam agregasi inclusion boddies antaralain
transcription factors, molecular chaperones ,cytoskeletal proteins dan proteasomal subunits (3,4)
Gambar
1. Patogenesis neurodegenerasi karena PolyQ protein
Berikut ini adalah
beberapa penyakit yang telah diidentifikasi dan ditelaah secara genetic dimana
letak kesalahannya sehubungan dengan posttranslasi dari polyQ, dan semuanya
memiliki manifestasi gangguan saraf, terutama di susunan saraf sentral
Tabel
1.CAG trinucleotide repeat disorder/ polyQ disorder
Gambar
2. Postranslational modification dari polyQ
2.
Postranslational
modification:
Postranslational
modification (PTM) yang dilakukan oleh protein polyQ antaralain
phosphorylation, acetylation, ubiquitylation, SUMOylation, palmitoylation,
transglutamination and proteolytic cleavage.
2.1 Phosphorylation
Fosforilasi adalah
penambahan gugus fosfat dan merupakan hal penting dalam terjadinya proses signaling. Fosforilasi menyebabkan perubahan
konformasi dan membuat protein menjadi lebih hidrofilik. Fosforilasi penting
untuk interaksi protein dengan protein lainnya, dan juga dalam degradasi
protein.
Salah satu jalur fosforilasi
yang terjadi pada protein polyQ diinisiasi oleh beberapa neutrophin dan sinyal
dari growth factor. Dari beberapa growth factor yang berperan, insulin-like
growth factor 1(IGF-1) adalah substansi yang paling berpengaruh didalam proses
neuroprotektif, sehingga polyQ tidak akan bersifat neurotoxic. Ikatan
neurotrophic factor dengan IGF-1 dengan reseptornya, akan mengaktifkan dua
jalur signaling yaitu, mitogen-activated protein kinase (MAPK) dan
phosphatidyl-inositol 3-kinase/Akt pathways. Kegagalan signaling dari salah
satu neurotrophic atau growth factor,
berhubungan dengan insiden terjadinya spinal and bulbar muscular atrophy (SBMA)
and Huntington’s disease (HD) (5).Walaupun bukan sebagai penyebab langsung
manifestasi penyakit tersebut, namun kegagalan signaling ini memiliki peran
penting dalam progresifitas penyakit.
PolyQ
huntingtin (htt), androgen receptor (AR) and ataxin 1 adalah substrat yang
penting dalam jalur Akt. Fosforilasi polyQ htt terjadi pada serine 421 akan
menurunkan formasi inclusion boddies dan mengurangi neurotoksisitas pada
penderita Huntington Disease. Pada Huntington disease sudah ditemukan enam
tempat lainnya untuk fosforilasi, yaitu serine 536, 1181 , 1201, 2076, 2653 and
2657 . Dari beberapa jenis tempat ini, serine 1181 dan 1201adalah tempat
fosforilasi oleh CDK5. CDK5 juga diketahui melakukan fosforilasi didaerah
serine 434. Fosforilasi di kedua tempat ini diketahui menurunkan toksisitas
dari protein polyQ. (6,7).
Fosforilasi PolyQ (androgen receptor)AR
yang terjadi pada serines 215 dan 792,
akan menyebabkan berkurangnya ikatan ligand an menurunkan toksisitas pada
penyakit SMBA. Beberapa penelitian telah membuktikan beberapa lokasi
fosforilasi dari polyQ AR, diantaranya serines 16, 83, 96, 258, 310,426, 516 dan
651 (8).
Fosforilasi dari polyQ
AR oleh MAPK pada serine 516 berhubungan dengan peningkatan toksisitas pada
penyakit SMBA, namun fosforilasi pada serines 426 dan 516, akan mengakibatkan
fenomena yang berlawanan, yaitu penurunan toksisitas. Fosforilasi yang terjadi
pada polyQ AR didapatkan juga pada tyrosine 269 dan 365, menghasilkan
peningkatan transaktivasi AR dan proliferasi androgen–independent kanker
prostat, namun tidak diketahui hubungannya terhadap sel-sel saraf, apakah
bersifat toksik atau tidak .Jika fosforilasi pada htt dan AR menimbulkan efek
neuroprotektif, fosforilasi dari ataxin 1 pada serine 776 akan meningkatkan
stabilisasi polyQ dan pembentukan inclusion boddies (9).
2.2 Acetylation
Asetilasi adalah proses
penambahan gugus asetil pada protein, terutama
pada gugus lysine secara reversibel
dengan bantuan enzim histone acetyltransferase (HAT),contohnya yaitu
CREB-binding protein (CBP), dan ikatan ini dapat dipisahkan dengan enzim histone deacetylase
(HDAC). Target asetilasi adalah histon dan transcription factor seperti AR. Proses
asetilasi ini akan meningkatkan aktivasi transkripsi dari beberapa gen
spesifik. Gangguan keseimbangan antara HAT dan HDAC akan mengakibatkan
penurunan fungsi beberapa gen pada penyakit-penyakit tertentu seperti
Huntington Disease.
Secara normal, asetiasi
AR terjadi di posisi 631-634 pada sekuens KXKK, dimana K adalah lysine dan X
adalah asam amino apapun. Kegagalan fungsi/ mutasi yang terjadi pada posisi
ini, akan mengakibatkan peningkatan agregasi polyQ yang efek sampingnya terjadi
penumpukan material neurotoksik (10).
2.3 Ubiquitylation
Pengikatan ubiquitin
dengan protein terjadi melalui ikatan isopeptida yang terbentuk antara lysine
dari protein target, dan carboxy-terminal group dari ubiquitin. Ubquitilasi
terjadi melalu beberapa tahapan yang melibatkan tiga jenis enzim, antaralain
ubiquitin-activating enzyme (E1), ubiquitin-conjugating enzyme (E2) dan ubiquitin-protein ligase (E3). Protein bisa mengalami
proses mono- atau poly-ubiquitilasi. Mono-ubiquitinilasi meregulasi transkripsi
gen, sedangkan poly- ubiquitinilasi menjadi sinyal degradasi protein, melalui
proteasome.
Ubiquitinilasi memiliki
peran yang sangat penting dalam patogensis polyQ disease. Ubiquitinilasi
awalnya mencegah toksisitas polyQ dengan meningkatkan degradasi protein melalui
proses poly-ubiquitilasi. Mutasi, atau kesalahan kerja yang terjadi saat proses
ubiquitinilasi akan meningkatkan residu dari polyQ sehingga tercipta substrat
yang bersifat neurotoksik (11).
2.4 Sumoylation
SUMOylation adalah
penambahan SUMO (small ubiquitin-related modifier), pada protein di sisi lysine.
Motif sekuens dari SUMOylation adalah CKX [ D/E ], dimana C adalah hydrophobic
residue, K adalah acceptor lysine, X adalah asam amino apapun, dan D /E adalah
aspartate atau glutamate. Proses sumoylation memiliki hubungan dengan kejadian
hintington disease .Target utama dari sumoylation adalah protein polyQ htt,
AR,dan ataxin 1. Kehilangan SUMO pada polyQ akan megurangi neurodegenerasi,
namun peningkatan sumoylation akan meningkatkan stabilisasi dari polyQ htt,
disini kemungkinan yang terjadi adalah adanya kompetisi dengan ubiquitinilasi
pada residu lysine yang sama dan mengurangi agregasi dari polyQ htt (12)
2.5 Palmitoylation
Palmitoilasi adalah penambahan ikatan kovalen\nreversible dari rantai saturated palmitic
fatty acid, dengan residu cysteine dari protein. Htt dan AR mengalami
proses palmitoilasi. Palmitoilasi dibutuhkan untuk mengatur lalu-lintas protein
sepanjang neuritis dan pembentukan formasi sinaps. Palmitoilasi dari polyQ AR
dibutuhkan untuk lokalisasi menuju membrane plasma. Pada polyQ disease
ditemukan adanya defek pada transport antero retrograde, sehingga terjadi
rangsangan neurodegenerasi. Kehilangan proses Palmitoilasi akan memicu
terjadinya peningkatan toksisitas seiring dengan peningkatan jumlah agregasi
polyQ, dan akhirnya terjadi kematian sel, namun untuk proses spesifik
palmitoilasi apakah benar-benar mempengaruhi toksisitas, masih belum diketahui (13)..
2.6 Transglutamination
Transglutaminase adalah bagian dari enzim yang
teraktivasi kalsium yang mengkatalisasi reaksi transfer acyl antara glutamine
dari salah satu protein, dan lysine pada protein lainnya agar terbentukikatan
iso-peptida yang mengikat kedua protein. Sampai saat ini diketahui ada Sembilan
jenis transglutaminase yang ada pada tubuh mamalia, dimana Transglutaminase
type 2 adalah yang paling dominan di sel-sel otak. PolyQ ataxin 1 , AR dan htt
adalah substrat untuk proses transglutaminase.
Gangguan pada transglutaminase akan berkontribusi
terhadap pathogenesis polyQ disease. Mekanisme yang terjadi dapat dilihat dari
eksperimen yang dilakukan sebelumnya, dimana mencit yang di hilangkan gen penyandi
transglutaminase type 2,akan megalami manifestasi penyakit kerusakan sel-sel
neuron. Itu berarti ada hubungan antara transglutaminase dengan pathogenesis
polyQ disease (14)
2.7 Proteolytic Cleavage
Proses
proteolysis, atau pemecahan protein polyglutamine yang terjadi berlebihan akan
dapat memicu terbentuknya banyak fragmen toksik yang sebenarnya memiliki
potensi neurotoksisitas yang besar. Dan telah banyak dibuktikan bahwa potensi
fragmen protein ini lebih besar toksisitasnya dibandingkan protein polyglutamine
yang utuh. Pemecahan/ pemotongan protein ini diperankan oleh caspase dan
calpain. Caspase yang berperan antaralain capase 2, 3, 6 dan 7 bekerja pada
lokasi antara asam amino 513 and 586 .
Calpains yang berperan adalah calpain 1 dan 2 memotong pada lokasi antara aram amino 469 and 536 .Caspase dan calpain
memotong protein terutama dari polyQ htt. Poly Q atropine 1 juga dipotong oleh
caspase, namun pada lokasi aspartate 109 (15)..
3.
Agen
penghambat post translational modification pada polyQ protein
Telah dibahas diatas,
bahwa proses post translational modification dari protein polyQ mengalami
gangguan, sehingga yang seharusnya tidak bersifat neurotoksik, akan menjadi
kebalikannya. Proses ini terjadi karena mutasi dari gen-gen penyandi polyQ
seperti gen polyQ htt, AR, atropine, ataxine , dan sebagainya yang sudah
dijelaskan pada tabel 1 (16).
Untuk mengatasi mutasi
yang telah terjadi, telah dilakukan berbagai penelitian untuk menemukan agen
terapi yang tepat. Salah satu kandidat agen terapi untuk polyQ disorder adalah peptida
QBP1 .Peptida QBP1bekerja dengan cara menghambat pemanjangan dari polyQ,
sehingga tidak terjadi replikasi protein yang berlebihan, dan nantinya akan
menurunkan sifat toksisitasnya. Peptide QBP1 bekerja hanya pada polyQ yang
mengalami pengulangan berlebihan pada CAG, dan tidak mengganggu polyQ yang
normal. Kinerja dari peptide QBP1adalah hambatan yang dilakukan terhadap protein
thio-Q62. Thio-Q62 ini memiliki peran
dalam pembentukan β sheet monomer pada polyQ, sehingga memicu terbentuknya
inclusion boddies (gambar 3) (16)
Gambar
3 menunjukkan QBP1 menghambat ekspansi dari protein polyQ yang berlebihan dan
mencegah pembentukan β sheet monomer dan semua jalur setelahnya
Ada banyak subripe dari protein QBP1,
namun, dari penelitian yang dilakukan, ikatan yang dilakukan oleh QBP1 terhadap
Thio-Q62 lebih tinggi daripada subtype lain, sehingga diharapkan efektifitasnya
dalam menghambat over ekspresi dari polyQ akan lebih baik. Jalur Thio-Q62 memang
masih belum diketahui mekanismenya secara spesifik, namun diketahui bahwa
Thio-Q62 berperan pada prose kesalahan genetika berupa misfolding sehingga jumlah protein polyQ menjadi berlebihan.
Tabel
2. Perbandingan ikatan subtype QBP terhadap Q62
Daftar
Pustaka
0 komentar:
Post a Comment
jangan sungkan-sungkan komentar disini ya, kita sama-sama belajar dan menimba ilmu serta pengalaman