Saturday 6 October 2012

My First Patient From IRD


Ada kejadian yang sangat seru di saat jadwal jaga Psikiatri. Waktu itu saya jaga bersama dua kakak kelas saya, mas Jef (wakil ketua) dan mas Zi. Waktu itu kaget saat jam 4 ada telpon dari IRD (Instalasi Rawat darurat, atau dulu dikenal sebagai UGD), meminta tolong Coass psikiatri untuk memeriksa pasien dengan gangguan jiwa yang ada disana. Langsung saja kami meluncur kesana, waktu itu saya dengan Mas Zi saja yang berangkat karena mas Jef masih ada urusan lain,dan akan menyusul kemudian. Tidak lama kemudian kami datang ke IRD dan menemui “sumber masalah” kami.


Kami mendapati seorang wanita sekitar 30 tahunan terbaring di kasur IRD, di tempat P3 (Pasien tidak gawat tidak darurat), dengan luka kecil di dahinya. Kami datang dan menyapa beliau, “Selamat sore, kami dokter di RSSA ini, namanya Ibu siapa?”. Pasien melihat kami dengan senyum-senyum dan berkata “saya Eli (apabila ada kemiripan nama, itu bukan karena ada kesengajaan dari penulis), hehehe kamu kok ganteng sih”. Whooootttssss??!! Saya sudah yakin 100000% kalau dia cenderung ada gangguan jiwa hhehehe. “Ngapain bu Eli kok dibawa ke sini?” “Lha mbuh,aku yo ora eruh, sikisiweguaheklkanjdklaghjdeaga,ooohh magentos!!” Dafuq??! Apa sih yang dia bicarakan? Wah wahh ini yang dalam ilmu psikiatri disebut neologisme, yaitu memainkan kata-kata baru yang tidak bisa dipahami oleh orang lain, ini nih tanda-tanda curiga ke schizophrenia, tapi harus dibuktikan dengan beberapa wawancara lagi agar bisa tegak diagnosanya, dan itu tidak saya bahas disini.heheehe

Wawancara berlanjut, “Bu Eli tinggal dimana?” “di Kota T, opo to takon2? Naksir aku yoooo???”. Edaaan2 kalau gak Coass gini gak nemu deh orang yang seperti ini. “Bu Eli sudah menikah?” “Wes cerai aku, males karo bojoku, takon teruus kamu, naksiir yoooo?”. Astaga bu Eliiiii kami ini nanya bener-bener malah ditanggapi gini, memang lagi gangguan nih jiwanya. “Bu Eli, kesini naik apa?” “weslelelshuekekekeemeleketee”. “Lho bu Kenapa kok begitu?” “weheikqwlknnerejjhuisemelehaehee”. “Buu, Tolong jawabnya yang bener yaa kami mohon, buat kebaikan Ibu juga”. Waahh saya sudah bingung dan tidak sabaran nih menghadapi beliau ini. “welehklekehklsemelehe opo takon2 terus??”. SAya sudah tidak sabaran dan membalas kata-kata Bu Eli,”wehjkejejejwesemelehe bu!!” “ooohh wong edan!” Balas Bu Eli.. AAAPPPAAA!!!?? Ini tadi dia gitu sendiri gak sadar apa? Wooiii yang Edan siapa??!! Edan teriak edan! SAbarr diit sabaarrr Dalam hati saya bekata begitu, apa jadinya kalau saya beneran teriak seperti itu didepan pasien..tambah runyam lagi masalahnya hehehee…orang seperti itu memang kesadarannya sudah berubah dan tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik jadi itulah sebebnya dia harus segera mendapatkan pengobatan jiwa yang terbaik.

Itulah secuplik wawancara singkat kami dengan bu Eli yang sebenarnya masih sangat banyak lagi apabila ditulis disini, namun pesan moral yang bisa diambil disini adalah kita harus selalu sabar menghadapi berbagai macam karakter manusia. Orang-orang yang menglami gangguan jiwa bukan karena mereka ingin mendapat gangguan itu, jadi kita harus memperlakukan mereka sebagaimana manusia diperlakukan dengan baik.

0 komentar:

Post a Comment

jangan sungkan-sungkan komentar disini ya, kita sama-sama belajar dan menimba ilmu serta pengalaman

 
;